NAMA: IFFA SAFIAH BT
ISMAIL
NIM: 11242205078
JUDUL: RESISTENCE
MATA KULIAH:
PSIKOTERAPI
DOSEN: M.FAHLI
A.
Pengertian.
Definisi
yaitu perlawanan atau rintangan. Semua kekuatan di dalam pasien yang melawan
prosedur-perosedur dan proses-proses analisis, yakni yang menghalangi asosiansi
bebas pasien, yang mengganggu usaha-usaha pasien mengingat dan memperoleh serta
mengasimilasikan pemahaman, yang beroperasi melawan egorasional pasien dan hasratnya
untuk berubah disebut resistensi (Frued, 1900:517)
Resistensi
mungkin sadar, prasadar, atau tak sadar dan mungkin juga diungkapkan melalui
emosi-emosi, siapa-siapa, pikaran-pikiran, impuls-imuls, fantasi-fantasi, dan
pada hakikatkan merupakan kontra-kekuatan dalam pasien(pesakit), yang
beroperasi melawan kemajuan analisis,analis, prosedur-prosedur, dan
proses-proses analitik. Freud mengakui pentingnya resistensi ketika pada tahun
1912 a menyatakan hal berikut:-
“resistensi
menyertai perawatan secara perlahan-lahan. Setiap asosiasi, setiap tindakan
orang yang berada dalam perawatan harus berhadapan dengan resistensi dan
erupakan konpromi antara kekuatan-kekuatan yang berjuang kearah penyembuhan dan
kekuatan –kekuatan yang melawannya”(frued,1912a:103)
B.
Penampilan klinis Resistensi.
Berkenaan
dengan pasien yang memderita neurosis, resistensi-resistensi menjalankan fungsi
defensif. Resistensi-resistensi melawan efektivitas prosedur-prosedur analitik
dan mempertahankan status Quo pasien.
Resistensi-resistensi mempertahankan neurosis dan melawan ego pasien yang
rasional dan situasi analitik. Karena semau aspek kehidupan mental dapat
melaksanakan fungsi defensif, maka aspek-aspek tersebut dapat digunakn untuk
tujuan-tujuan resistensi. Manifestasi-manifestasi resistensi ada bermacam-macam
dan dari contoh-contoh klinis dapat dikemukakan beberapa desistensi yang akan
dijelaskan dalam uraian berikut:-
·
Pasien
berdiam diri: Resistensi ini sangat jelas dan sering
ditemukan dalam praktek psikoanalitik. Pada umumnya, resistensi dengan cara berdiam diri berarti
pasien entah secara sedar atau tidak sadar, tidak mau mengemukakan
pikiran-pikiran atau peraasaan-perasaanya kepada analis. Pasien mungkin menyadari
ketidakmauannya itu atau ia mungkin hanya merasa bahwa pikirannya kosong. Dalam
kedua hal tersebut, analis harus menganalisis alasan-alasan pasien berdiam diri.
Analisis membongkar motif-motif perlawanan terhadap asosiasi bebas sebagai
prosedur analitik dengan mengataka sesuatu, misalnya”apa yang menyenbabkan anda
melarikan diri dari analisis pada saat ini?”atau, analis membuntuti perasaannya
mengenai “pikiran kosong” dengan berkata, “apa yang menyebabkan pikiran anda
kosong?” atau,”anda berubah dari seseorang menjadi bukan diri siapa-siapa, dan
mengapa demikian?”pendekan analisis disini bertolak dari asumsi bahwa pikiran
kosong hanya terjadi pada waktu orang tidur nyenyak, jika tidak, kekosongan
pikiran tersebut disebabkan oleh resistensi.
Berdiam diri dapat juga
mengandung makna-makna lain . misalnya, berdiam diri memerankan penting
(Greenson, 1961:kahn,1963b) keadaan diam mungking menggambarkan reaksi pasien
terhadap peristiwa adegan primal. Istilah
ini dipakai Frued Untuk menjelaskan tentang pengalaman anak atau berfantasi
melihat orang tuanya melakukan persetubuhan (untuk pembicaraan kasus ini, lihat
Gardner, 1971). Dalam status demikian, berdiam diri tidak hanya suatu
resistensi, tetapi isi dari suatu hal hidup kembali.
·
Pasien
tidak igin berbicara: sikap ini merupakan variasi dari sikap
sebelumnya.dalam hal ini pasien sesungguhnya tidak diam, tetapi sadar bahwa ia
tidak ingin berbicara atau tidak memiliki sesuatu untuk dibicarakan. Keadaan
“tidak ingin berbicara”disebabkan oleh sesuatu hal (ada penyebabnya)dan tugas
analisis adalah membantu pasien untuk mencari sebab tersebut.
·
Pengaruh
resistensi: pasien mengadakan komunikasi secara
verbal, tetapi tidak ada pengaruh. Ini sangat penting bila tidak adanya
pengaruh menyangkut peristiwa-peristiwa yang seharusnya disertai emosi yang
hebat. Ketidaktepatan pengaruh yang merupakan tanda yang sangat mencolok dari
adanya resistensi.
·
Sikap
badan pasien (bahasa tubuh) : sikap tegang, kaku,
atau melekuk dapat menunjukkan sikap defensif. Jika seseorang bebas dari resistensi,
sikap tubuhnya agak berubah selam analisis. Gerakan yang berlebihan juga
menunjukkan bahwa ada sesuatu yang dilepaskan dengan gerakan itu, bukan lewat kata-kata. Pasien berbicara lemah
lembut tentang sesuatu peristiwa, sementara badannya meliuk-liuk dan
menggeliat-liat hanya menceritakan fragmen dari suatu cerita. Gerakan-gerakan tersebut menunjukkkan bahwa ia sedang
menceritakan bahgian lain dari peristiwa itu. Tangan mengepal, lengan menyilang
dengan kuat pada dada,pergelangan kaki saling terkunci adalah petunjuk bahwa
pasien sedang menahan atau menyembunyikan sesuatu.
·
Penetapan
pada waktu: apabila pasien tidak berubah dan terus
menerus berbicara mengenai masa lampau tanpa diselangi sesuatu dari masa kini,
atau sebaliknya, maka suatu resistensi sedang berjalan
·
Masalah
sepele atau peristiwa-peristiwa eksternal: apabila isi
pembicaraan diulang-ulang, tidak diperluas, dan tanpa pengaruh atau memperdalam
pemahaman, maka analisis harus menduga bahwa resistensi sdang berjalan.
Demikian juga halnya dengan berbicara mengenai peristiwa-peristiwa eksternal,
meskipun peristiwa itu berbobot politik.
·
Menghindari
pokok pembicaraan: pasien dapat berbicara banyak, tetapi
masih mengatur dengan hati-hati untuk tidak mengemukan aspek-aspek tertentu
dari implus-implus seksual atau agresif dan beberapa perasaannya kepada analis.
·
Rigiditas:
ada pasien yang mengumpulkan informasi menarik untuk disiapkan bagi jam
analitik. Pada umumnya selalu datang terlambat atau datang tepa waktunya ke jam
analitik merupakan fakta adanya rigiditas yang menunjukkan ada sesuatu yang selalu
dikendalikan atau dihindari.
·
Bahasa
penghindaran: yaitu menunjukkan suatu penghindaran
diri dari khayalan yang hidup dan membangkitkan ingatan dari bahasa yang
digunakan seseorang. Misalnya pasien berkata “saya bermusuhan”bila dimaksudkannya
adalah “saya sangat marah” juga menghindari kahayalan dan sensasi-sensasi
kemaahan yang muncul dalam pikiran pasien.